Ilustrasi yang menggambarkan media framing hasil tangkapan layar di Google Search
JejakNTB.com, MATARAM| Jelang Pilkada dan Pilgub pembiasan informasi mulai terjadi, berbagai dinamika terus mengalir bahkan peluang terjadinya atau munculnya berita berita hoax maupun framing tidak terhindarkan. Itulah gejala anomie sosial dibawah yang tidak bisa dinafikan. Pesatnya media sosial seperti jejaring whatsapp, facebook, instagram, twitter, telegram serta lainnya turut andil dalam memberikan warna tersendiri dalam kehidupan media terutama online.
Media Online benar benar sasaran dari sosial media tadi yang begitu ceoat menshare informasi yang sangat diragukan keakuratannya.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan kondisi sosmed kita yang makin hari makin kebablasan wara wirinya. Salah seorang pegiat sosial politik angkat bicara terhadap soal ini,
Direktur Akar Rumout NTB, Sahrul meminta sejumlah Parpol untuk mewanti – wanti para Calon di momentum pesta demokrasi terutama pilkada dan pilgub NTB agar ekstra hati hati perlu pencermatan dalam memilih dan memilah figur serta kader yang akan dijual dalam bursa pilkada maupun jelang pilgub NTB, dalam menyampaikan sesuatu terlebih jumpa pers dengan awak media jangan sampai jurnalismya yang dikorbankan pada akhirnya.
” Indikasi framing berita mulai terjadi saat ini dan rekan rekan pers harus waspada,” ucapnya
Dia mencontohkan pemberitaan selalu berubah dan plin plan dalam hitungan detik, menit, jam dan hari. Termasuk tarik ulur saling sikat sikut dan saling menyalip di tikungan kemarin diberitakan media A berpasangan dengan si C namun faktanya tidak.
Saat ini sebenarnya semua parpol belum ada yang membuka kran koalisi maupun lainnya. Parpol masing masing masih mencermati figur figur yang ada serta menjajaki mana yang layak dan tidak layak. Namun faktanya tidak demikian di NTB belum apa apa sudah saling klaim bahwa si ini akan maju dengan si itu dan sebagainya.
Sahrul sarankan juga media untuk ekstra hati hati mem branding oknum oknum yang mengaku diri cakada dan wakada padahal sejatinya oknum itu pelarian. Bisa saja dia jadikan momentum pilkada dan pilgub 2024 sebagai Gimmick Politics.
Ia meminta perusahaan media mengontrol awak dan krunya agar tidak dimanfaatkam oleh oknum oknum yang tidak bertanggungjawab. Kondisi kondisi ini sudah mulai terasa di Nusa Tenggara Barat dan diduga sejumlah oknum lakukan framing dan kekacauan wacana di media.
” Tidak konsisten, tidak cermat, kurang teliti sehingga boro boro di update padahal belum apa apa,” terangnya
“Saya menduga ada upaya pihak pihak tertentu untuk mengobok-obok media terutama para kuli tinta dalam momentum pilkada dan pilgub 2024,” ucapnya
Pendapat Sahrul ini logis mengingat UU 40 tahun 1999 tentang pokok pers salah satunya memyatakan Dewan Pers hanya akan melindungi produk dan hasil tulisan serta karya jurnalistik yang berkwalitas dan bermutu sesuai kaidah kaidah jurnalistik.
” Dewan pers hanya akan mengakui karya jurnalistik yang bermutu bukan sebaliknya,” tandasnya
Nah dalam kasus dan kejadian di NTB khususnya, dengan pemberitaan yang begitu deras dan kencang tanpa jeda spasi ia khawatir sasaran kesalahan dan kekeliruan akan ditimpakan le media, akhirnya yang ditimpuki kesalahan adalah wartawan. Inilah yang harus dikaji teman teman wartawan apalagi suasana tahun politik 2024 sangat panas jelang Pilkada dan Pilgub Serentak Se Indonesia Raya.
” dibilang lah medianya yang hoaks dan tidak benar padahal sang calon tidak konsistem paginya tahu siang tempe dan sorenya urap,” paparnya
Selain itu dia meminta organisasi Partai Politik, tim tim politik untuk bekerja sesuai SOP yang ada baik secara institusi politik maupun lainnya segera move on lakukan pencermatan terhadap bakal bakal cakada cawakada untuk pilkada termasuk pilgub pilwagub sembari mencair membuka kran membangun komunikasi politik yang baik.
benar benar melakukan survei terhadap kelayakan oknum calon kepala daerah maupun wakil kepala daerah termasuk gubernur dan wakil gubernur, kita jangan terus lakukan uji coba dan ibarat kelinci percobaan. Sudah tahu orang itu tersangka korupsi misalnya masih saja diusung parpol. Sudah tahu oknum itu menipu menggelapkan barang orang masih saja dicatut namanya sebagai calon ini khan bahaya juga.
” jangan sampai momentum pilkada ada cakada berduet dengan pasangan calon yang tersangkut persoalan pidana perdata bahkan memiliki sejumlah beban masa lalu dan sangat bermasalah hindari bakal figur calon yang cacat jika partainya mau dihargai dihormati disegani perhatikan betul elektabilitasnya yang mau dijual rusak dan suka berbohong mendustakan publik jangan dipakai kenapa karena sudah terbukti ia rusak,” katanya
Dosen muda inipun menegaskan bahwa watak dan karakter tidak bisa sama dan bisa berubah atau diubah seketika ibarat menhapus papan tulis. Jika karakter aslinya menipu dan mengakali maka tetaplah seperti itu adanya
Termasuk menurut Dosen salah satu PT di Mataram ini yang sedang diberitakan negatif terlibat penipuan, penggelapan bahkan korupsi memperkaya diri dan keluarga bahkan suka gonta ganti istri bahkan kutu loncat dan kader lompat pagar.
Penegaaan Sahrul sangat beralasan memgingat media lah menjadi obyek sorotan publik yang kerap disalahkan padahal sejatinya perbuatan oknum oknum tak bertanggungjawab termasuk meminta untuk dibranding padahal sangat tidak layak untuk di ekspose.(*)