JejakNTB.com | Muhammad Firdaus SH resmi mencalonkan diri di Partai Besutan Surya Paloh, dalam kisruh yang menderanya soal nasab akhirnya pihak kesultanan Bima langsung menelepon dan mengakui garis keturunan Daus dari neneknya dan memintanya untuk fokus mengisi kehidupan dan bukan menciptakan polemik berkepanjangan.
Kini Firdaus fokus untuk meraih hati warganya di Sumbawa Besar, KSB, Dompu, Kabupaten dan Kota Bima menuju singgasana melalui kendaraan Nasdem.
Sebelumnya Firdaus sempat dipinang Partai Demokrat Kota Tangerang namun berbagai pertimbangan pria yang dijuluki Panglima Salatin itu lebih memilih Partai berlogo kapal berlayar ketimbang bintang mercy.
Buktinya Panglima Salatin Asyrof Azzahro ini resmi daftarkan diri sebagai bakal Caleg DPR RI Dapil Pulau Sumbawa dengan kendaraan politik Partai Nasdem.
Terkait dengan rencana itu, Kabiro Jawa Barat Media JejakJabar.com mengkonfirmasi Ketua DPD Nasdem Provinsi Jawa Barat terkait ihwal tersebut,namun yang bersangkutan tidak ditempat dan akhirnya tim mendatangi Bapilu Jawa Barat di kantor nya,
” Iya, betul sekali mas, bahwa Pak Muhammad Firdaus sudah tabayyun dan melakukan konfirmasi ke Nasdem Jabar untuk rencana mau tampil ke Bakal dulu tetapi beliau menginginkan Dapil Pulau Sumbawa bukan Kota Tangerang,” ungkap Ketua Bappilu setempat pada media saat ditemui di kantornya Senin, (10/10).
Pria yang berprofesi sebagai advokat yang terhimpun dalam ILC ini menegaskan pada jejakjabar.com bahwa dirinya tampil di bakal caleg atas permintaan masyarakat Pulau Sumbawa utamanya Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, KSB dan Sumbawa.
Untuk diketahui, Muhammad Firdaus hampir triwulan ini menjadi buah bibir di sosial media dan diserang keluarga besar Kesultanan Bima hanya gara gara meluruskan sejarah nasab keluarganya di Kecamatan Wawo dan Maria Kabupaten Bima.
Inspirasi dan terobosannya dianggap Keluarga dan Majelis Adat Syara’ Dana Mbojo sebagai tindakan makar dan distorsi berpikir padahal merekalah yang membenci, membelokkan dan meng kelam kan sejarah dan keturunan orang lain.
Mendiang Dr. Siti Mariam binti Muhammad Abdul Kahir atau yang dikenal dengan Ina Ka’u Mari atau Ruma Mari pun secara historis dalam Kitab BO Sangaji Kai merilis dalam narasi buku kuno soal sejarah Kerajaan Islam dan Kesultanan Bima menegaskannya,
Screenshoot pengakuan Alm. Mariam terkait kebenaran Kitab Kuno yang berada di tangan Muhammad Firdaus
( ScreenShoot diambil dari akun fb. Arumi Khalysta Farzana)
Dirinya beberapa kali menegaskan bahwa tidak ada niat untuk merebut tahta kesultanan, Muhammad Firdaus mengaku bahwa masalah ini timbul karena dirinya disenggol oleh Ratna Dewi Muchlisa saat sedang menangani kasus perdukunan yang sedang viral dan tengah ditanganinya.
Firdaus sangat menyesalkan adanya hal tersebut, kenapa masalah nasab silsilah hingga soal Kesultanan harus di umbar di media sosial hingga adanya saling serang di medsos.
” Ada hal yang prinsipil dan sangat sensitif dalam senggolannya bahkan ciutan Dewi Ratna Muchlisa Mandyara telah mengusik ketenangan keluarga kami bahkan keturunan tujuh turunan dari Sultan Ismail Muhammad Syah terutama masyarakat Bima khususnya wilayah bagian timur.,” terangnya.
Dirinya menyayangkan atas tindakan Ratna tersebut yang tidak mencerminkan adat dan harkat Islam yang telah di junjung tinggi oleh Kesultanan Bima selama ini,
” Seharusnya dia memahami filosofi adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah yang artinya adat bersendikan syara’ dan wara’ serta syara dan wara’ berkiblatkan kitab kitab Allah,” pungkasnya.
Menurutnya Ratna tidak murni membela sejarah Bima melainkan hanya mencari ketenaran dengan cara membonceng nama besar titah yang dibanggakannya.
Advokad muda yang sudah sangat mapan dan berpengalaman serta go nasional ini pun merasa sangat heran dan janggal dengan sikap yang mengaku keluarga raja namun sifat dan tingkahnya di media seperti anak kecil dan justru kekanak kanakan.
” Dia (Ratna.RED) pendidikannya lumayan namun caranya tidak mencerminkan seorang bangsawan dan sosok priyayi, justru dia yang awalnya memanas manasi dan mengipasi persoalan ini,” cetusnya.
Namun hal tersebut sudah tidak di hiraukan olehnya, saat ini dirinya sendiri sedang mempersiapkan diri untuk fokuskan perhatiannya pada pendaftaran bakal Calon Legislative DPR – RI Partai Nasdem untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Pulau Sumbawa.
Firdaus akan menunjukan dedikasi nya di tanah kelahiran kedua orang tuanya.
” Saya ikhlaskan hinaan dan fitnahan yang dilontarkan pihak tertentu bahkan siapapun kepada dirinya sebagai ladang amal dan transfer pahala baginya, hanya menggantungkan keyakinan dan kemuliaan saya kepada Allah SWT, biarlah Allah SWT yang maha mengetahui yang membalasnya,” imbuhnya
Pria yang suka travelling dan berpetualang ini pun merasa yakin bahwa doa orang terdzolimi dan teraniaya afdol di mata Rabbnya.
“Dan doa ibu saya yang selalu menyertai saya dalam hidup ini, serta doa anak dan istriku, tidak lupa pula doa handai taulan kami di Pulau Sumbawa akan turut mengiringi perjuangan,
Baginya polemik yang sempat viral dan trending topik kemarin dengan keluarga kesultanan dinilai Firdaus satu pertanda bahwa dirinya harus kembali ke kampung halaman tanah kelahiran bapak dan tempat bersemayam sang kakek di Bima guna menata dan membenahi asal muasalnya hingga dewasa seperti ini, ” bebernya saat di ditemui Media Online Nasional JejakNTB.com Biro Jawa Barat, Senin, (10/10).
Firdaus sosok yang murah hati, taat pada keluarga, alim dan sangat disenangi oleh kerabat dan handai taulan yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan terbaru beliau kedatangan tamu nya dari Kabupaten Bima yang duduk di DPRD Kabupaten Bima Sulaiman MT, SH.
Beberapa fansnya di Jawa Barat dan Kota Tangerang sempat kecewa mendengar Firdaus mencalonkan diri di tanah kelahirannya Pulau Sumbawa.
Adalah Mas Bayu teman akrabnya di Ibu Kota pada jejakntb.com mengungkapkan kesaksiannya akan kebaikan Firdaus pada awak media ini,
Menurutnya Firdaus adalah pribadi yang sangat fixed, humbled dan sangat humanis peduli sesama, dia melihatnya cocok sekali mencalonkan diri seputaran wilayah atau Dapil Jabodetabek karena melihat beberapa pertimbangan.
” Bang Daus ini tipe jenius otak kiri dan kanannya jalan yang sangat dibutuhkan warga ibu kota dan masyarakat urban karena rasionalitas berpikirnya tinggi dan kemampuannya lumayan bagus khususnya pemerintah pusat, beliau pemuda multi talenta, bisa menyatukan pemuda pemudi di Kota Besar dari berbagai etnis dan suku.,” jelas Bayu.
Masih Bayu, figur macam Bang Daus diakuinya sangat langka dan unik,
“Kemarin saat beliau, ingin mencalonkan DPR-RI di Tangerang kami sudah senang sekali, namun pagi ini Senin (10/10) kami mendengar kabar beliau akan mencalonkan diri di Dapil Sumbawa, kami sebagai orang Banten kecewa, karena figuritas seperti ini sangat jarang ada, idealis, anti korupsi dan anti narkoba serta tegas dan bertanggungjawab” akunya.
Diakhir pertemuan, Mas Bayu dan kawan kawannya di Provinsi Banten meski agak kecewa dengan sikap politik yang diambil seniornya untuk migrasi dapil dalam pencalonannya kedepan tetap mensupport tampilnya bang Daus di Pulau Sumbawa untuk wilayah Kota Bima hingga Sumbawa Besar,
” Kami tetap berdoa dan berharap kepada Bappilu dan Internal Nasdem Pusat kiranya dipermudah urusan pencalegannya bisa diakomodir secara administratif dan lebih lebih semoga di Pulau Sumbawa khususnya Kota Bima, Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu, KSB dan Sumbawa nantinya Bang Daus bisa menang dan” ujar Bayu sambil sedih harus ditinggalkan Bang Daus.
Sementara Tokoh Pemuda Pulau Sumbawa, Elshabier Alghura, S.H. pada jejakntb.com Senin (10/10) mengaku salut dan mengucapkan selamat datang kepada Cucu Sultan Ismail Muhammad Syah tersebut,
” Kami di Pulau Sumbawa khususnya Sumbawa bagian timur sangat bangga dan salut mendengar informasi ini sekaligus bergegap gempita menyambut Panglima Salatin saudara Muhammad Firdaus SH untuk mencalonkan dirinya sebagai apapun karena itu hak setiap warga negara.,” ucapnya.
Sebagian besar warga terutama masyarakat Bima khususnya sangat penasaran dengan rencana kembalinya Bang Firdaus Oiwobo ke kampungnya mayoritas berpendapat bahwa kembalinya cucu Sultan Ismail Muhammad Syah tersebut ibarat kembalinya mutiara yang hilang bagi kami warga Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
(RED)