Bisnis Seks Online Kian Merajalela di Kota Ibadah, Ketua Fraksi PDIP sekaligus Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Mataram Angkat Bicara !!
JejakNTB.com |Fenomena gejala anomie sosial kian merajalela di Kota berjulukan Harum dan Kota Ibadah, sebagai ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Mataram, saat ini lagi viral dan trending dengan bisnis degradasi moral dimana prostitusi dijadikan lahan bisnis baru bagi para warganya. Adanya jasa sewa pacar atau teman kencan di Kota Mataram menuai protes dan sangat meresahkan fenomena ini langsung ditanggapi oleh kalangan legislatif di DPRD Kota Mataram. Pasalnya, model jasa itu dinilai melanggar norma-norma yang ada, sehingga perlu ditutup atau dihentikan.
“Kalau secara agama itu sudah tidak benar,” ujar Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Mataram, Nyayu Ernawati, Jumat (14/7) pagi. Pihaknya menilai model jasa tersebut sudah berada di luar aturan, sehingga harus menjadi atensi semua pihak.
Pihaknya pun merencanakan koordinasi lebih lanjut dengan stakeholder terkait seperti Lembaga Perlindungan Anak (LPA), Pemkot Mataram dan lain-lain untuk menentukan langkah konkret.
“Kita akan bahas ini dengan LPA dan sebagainya. Kalau seperti ini kan anak-anak kita sudah di luar jalur. Ini sudah tidak sesuai dengan norma-norma,” ungkap Nyayu
Selain itu, pihaknya meminta Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Mataram untuk melakukan pemantauan lebih lanjut, mengingat bisnis tersebut dijalankan dengan sistem dalam jaringan (daring) alias online.
“Kalau bisa ditutup, ya ditutup saja gitu. Saya akan segera hubungi ini (stakeholder terkait),” tegas Politisi PDIP Kota Mataram ini.
Senada dengan Ketua Fraksi, Elshabier SH juga melihat banyaknya rumah rumah salon atau spa serta hotel melati maupun homestay yang dijadikan bisnis esek-esek.
” Coba jalan jalan di pajang timur banyak sekali modus operandi buka spa, message, dll tapi isinya maksiat kenapa itu juga tidak ditertibkan Pemkot setempat padahal nyata selain disitu ada juga serta banyak juga tempat tempat lainnya di Kota yang katanya Kota Ibadah dan seribu masjid namun faktanya juga seribu maksiat,” pungkasnya.
(Red)