Berkarier atau Jadi Ibu Rumah Tangga ? Ini Pesan Yuyun Nurul Azmi

Foto. Wawancara khusus Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengawas Pemilu

 

 

JejakNTB.com |Siapa yang tidak kenal sosok bersahaja santun berwibawa Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengawas Pemilu Provinsi Nusa Tenggara Barat, wanita inspiratif masa kini yang sebelumnya pernah menjadi Wartawati media kampus Unram sekitar lebih kurang 25 tahun yang lalu.

Wanita kelahiran Sumbawa tahun 1972 yang ini bernama lengkap Doktor Hajjah Yuyun Nurul Azmi, S.Pt.,MP., adalah satu-satunya Anggota Komisioner Bawaslu NTB yang pernah menyelamatkan dan mengadvokasi kasus terkait kinerja KPU dan Bawaslu Daerah di 10 Kabupaten dan Kota Se- Nusa Tenggara Barat.

Saat ditemui Senin, (6/3) di Ruang kerjanya wanita dengan paras ayu nan ramah ini mempersilakan media ini untuk menyambanginya,

” Silakan masuk mas, dari tadi saya menunggu,” ucap Doktor muda yang biasa disapa Mbak Yun ini dihadapan awak media.

Pimpinan media langsung dipersilakan masuk dengan penuh keakraban dan kekeluargaan dengan senyuman khasnya yang begitu adem terasa sekali nyaman dan terang segalanya. Jujur, padahal sebelumnya belum pernah ketemu namun kerap diberitakan bukan karena memiliki masalah melainkan kepiawaiannya mengurai masalah di Kabupaten Kota yang sulit terurai oleh ketua daerah.

Perdebatan tentang menjadi ibu rumah tangga atau menjadi ibu bekerja seakan tidak ada habisnya. Buat ibu – ibu  yang hobi ribut perkara tersebut, coba simak pesan dari  Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia, Organisasi, Pendidikan dan Pelatihan Badan Pengawas Pemilu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Doktor Hajjah Yuyun Nurul Azmi, S.Pt.,MP.,

Dalam wawancara khusus bersama jejakntb.com di kantornya, Senin (6/3) Yuyun Nurul Azmi mengatakan menjadi seorang ibu adalah fitrah kaum perempuan.

” You have to take that job seriously, saat jadi seorang ibu. Kalau nanti hamil harus punya kapasitas untuk jadi role model bagi anaknya, karena ibu adalah panutan pertama untuk anaknya,” kata mantan Komisioner KPU NTB ini.

Perempuan bisa menjadi apa saja dan harus bisa menjalankan perannya sebagai ibu.

Yuyun mengatakan sebenarnya hidup yang dijalani oleh perempuan sama, punya anak, punya suami, dan bekerja. Ia yakin perempuan bisa mengerjakan semuanya dengan baik, tidak perlu dibatas-batasi.

Ia melihat sosok ibunya sebagai contoh, di mana sang ibu harus menjadi istri, ibu, dan juga mengejar cita-citanya sambil sibuk sebagai patron dan role of model bagi anak anaknya sebagai sosok ibu panutan wanita sholeha itu wajib katanya.

“Dia itu benar-benar contohnya, bukan hanya inspirasi saja. Semua pasti bisa.”

Begitu juga dengan dirinya, meski ia sibuk menjadi komisioner dan mengurus sengketa pemilu. Begitu di rumah, ia hanya perempuan biasa yang hobi memasak, bersih-bersih, yang menurutnya malah bisa membantunya relaksasi.

Sebagai ibu, ia menegaskan bahwa koneksi pertama seorang anak adalah ibunya. Untuk itu, perempuan harus memperhatikan dan menjalani hidupnya sebagai panutan sang anak dengan sebaik-baiknya, apapun pilihannya.

“Profesi di luar itu juga dilakukan dengan baik. Percaya diri bahwa semua yang Anda lakukan itu baik, tidak hanya untuk diri sendiri. Anda juga melakukan keluarga dan misi sosial untuk menciptakan lingkungan yang lebih adil, inklusif, dan lebih egaliterian untuk masyarakat dan bangsa,” tegasnya. (Nkm)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Scroll to Top
Scroll to Top