Perpustakaan bukan semata tempat untuk membaca buku

Perpustakaan bukan semata tempat untuk membaca buku

 

JEJAK.COM,-Hadir dalam pertemuan tersebut Anggota DPD-RI Ibu Evi Apita Maya, Kepala Perpustakaan Provinsi NTB dan jajarannya, Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) NTB, Lembaga pengembangan wilayah (LPW) NTB yang konsen dengan pendampingan literasi (27 Oktober 2021) di Perpustakaan Daerah NTB. Pertemuan menjadi ajang diskusi sekaligus penjaringan aspirasi daerah yang dilakukan oleh senator asal NTB, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penyerahan bantuan buku pada beberapa kelompok Literasi.

Suasana belajar memang harus disesuaikan sedemikian rupa agar customer atau siswa dapat merasakan sensasi belajar yang lebih baik. Keberadaan tempat belajar dapat menjadi ruang tersendiri yang harus mampu menarik perhatian guna menumbuh kembangkan Siswa untuk mendatangi atau ruang belajar tersebut dengan penuh gairah dan suka cita.

Ruang belajar seperti perpustakaan harus didesain sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk datang dan membaca. Menjadikan perpustakaan seperti tempat mereka untuk bertemu dengan pengetahuan dalam ruang imajinasi dialetika otak yang mengalir dari pengetahuan satu dengan lainnya.
Daya nalar siswa harus dikukuhkan dengan suasana kesukaan untuk membaca, ungkap Senator Evi.

Selama ini perpustakaan identik dengan gudang buku yang menggunung, tempat yang menyimpan pengetahuan yang banyak namun membosankan. Demikian halnya bila kita menilik keberadaan berbagai perpustakaan yang ada disekolah-sekolah. Bahkan perpustakaan sekolah dipenuhi dengan buku pelajaran semata, ini yang membosankan, ungkap Senator cantik asal NTB.

Perpustakaan seyogyanya dikelola dengan profesional. Pengetahuan harus mampu diakses dengan mudah dan riang oleh generasi. Terutama dengan majunya tekhnologi saat ini, semua harus disaji dengan menu-menu pengetahuan yang inspiratif. Oleh karenanya tata kelola perpustakaan harus berubah, agar para siswa suka, senang bahkan betah untuk mengakses perpustakaan dalam waktu yang lama. Saat ini, generasi kita lebih kuat melihat gadged dengan game bahkan lebih lama dibandingkan dengan mengakses buku di perpustakaan, lanjut senator Evi.

Perbaikan tata kelola dan Pengambangan literasi daerah mesti menjadi perhatian semua pihak. Mulai dari sisi manajemen SDM, penyajian hingga penyediaan informasi pengetahuan yang menarik lainnya. Saat ini perpustakaan Nusa tenggara barat tengah mengembangkan program e-lib. Program ini diharapkan mempermudah para siswa untuk mengakses pengetahuan lewat aplikasi elektronik dengan mudah serta dapat mengintegrasikan berbagai konten-konten lokal untuk dapat dibaca oleh siswa-siswi lain diluar daerah bahkan antara sekolah di daerah, ungkap kepala perpustakaan NTB bapak Julmansyah.
Banyak karya-karya sastra anak-anak kita dapat dibaca dan cross experience bagi para siswa untuk giat belajar dan meningkatkan kualitas menulisnya, tambah bang Jul.

Selain itu kepala Perpustakaan NTB juga menyampaikan bahwa Perpustakaan keliling yang tersedia sudah tidak memadai, bahkan kendaraan sudah lelah karena telah umur. Belum lagi letak geografis daerah-daerah di NTB yang cukup menantang.

sentilan juga muncul tentang sumber daya manusia yang mengelola perpustakaan di sekolah-sekolah, masih memprihatinkan, bahkan penjaga perpustakaan ada yang dari guru olah raga.

Kepala perpustakaan berharap senator Evi dapat mengkomunikasikan kebutuhan daerah pada pemerintah pusat terutama bagaimana mendorong perpustakaan didaerah agar dapat lebih maju lagi, karena pengetahuan ini merupakan garansi bagi kemajuan generasi bangsa. Termasuk bantuan buku dari perpustakaan Nasional adalah buku yang terkait dengan kebutuhan didaerah.

Pada saat yang sama, ketua IPI NTB Ikhwan mengungkapkan bahwa hingga saat ini Pengelola perpustakaan didaerah masih minim sumberdaya. Oleh karenanya, agar tata kelola perpustakaan dapat berjalan lebih maju lagi, tentu harus didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional. Dalam kerangka tersebut pemerintah juga mesti merespon keberadaan pustakawan menjadi garda terdepan untuk pembenahan sistem pendidikan nasional. Keberadaan pustakawan adalah nadi dalam pengembangan literasi dari pelosok negeri untuk Indonesia. Hingga saat ini perekrutan tenaga pustakawan masih sangat minim bahkan terkadang terlupakan oleh kita semua, padahal Pustakawan adalah garda penjamin tatakelola perpustakaan dan garansi bagi pengembangan literasi yang lebih baik. Selain itu, harapnya diperlukan koneksivitas ikatan pustakawan dan perpustakaan mulai dari pusat hingga daerah yang lebih baik lagi.

IPI sangat konsen pada pengembangan sumberdaya manusia, karena rendahnya minat baca juga dapat dipengaruhi oleh kapasitas pengelola. Oleh karenanya IPI berharap kedepan banyak pustakawan yang dapat diangkat menjadi PNS/ASN maupun PPPK.

Lanjutnya, bahwa di desa-desa, agar ada sarjana perpustakaan pendamping desa. Dengan adanya pustakawan tersebut diharapkan potensi local content dapat di kelola oleh mereka ini. Selain itu, pemerintah desa juga perlu memberi perhatian terhadap perpustakaan desa dengan anggaran desa yang tersedia.

Sementara itu ketua LPW NTB, Tofan, menitik beratkan pada pengembangan Literasi NTB yang masih tertinggal dari daerah lain. Namun akhir-akhir ini sudah terlihat geliat yang membanggakan. Hal ini harus dipupuk terus menerus oleh kita semua, ungkap Tofan ketua LPW NTB.

Komunitas literasi diharapkan dapat dibantu oleh pihak sekolah atau kampus. Literasi bukan sekedar kegiatan, namun lebih dari itu yaitu membangun strategi, dan penguatan kelembagaan agar dapat bersinergi baik dengan desa maupun lainnya, lanjutnya

Dua tahun ini sudah mulai muncul namun belum terlembaga. Keterlibatan Desa masih minim. Termasuk legal organisasi literasi. Ada yang menonjol, tapi ada juga yang sekedar menggelar buku semata. Oleh karenanya kita butuh inovasi seperti
Mendorong metode advokasi Literasi dengan dongeng. Tofan juga menyampaikan bahwa kerja library adalah kolaborasi, tutupnya

 

Reporter : Febi Aulia

Editor      : Nukman

___________________________________________

 

In English :

 

The library is not just a place to read books.

 

JEJAK.COM,-Present at the meeting were DPD-RI members, Mrs. Evi Apita Maya, Head of the NTB Provincial Library and staff, the NTB Indonesian Librarian Association (IPI), NTB Regional Development Institutions (LPW) who were concerned with literacy assistance (27 October 2021) at the NTB Regional Library. The meeting became a place for discussion as well as a search for regional aspirations by senators from NTB, in this activity the handover of books to several Literacy groups was also carried out.

The learning atmosphere must be adjusted in such a way that customers or students can feel the sensation of learning better. The existence of a learning place can be a separate space that must be able to attract attention in order to grow and develop students to come to the study room with passion and joy.

Study rooms such as libraries must be designed in such a way that students are interested in coming and reading. Making libraries like their place to meet knowledge in the dialectical imagination space of the brain that flows from knowledge to one another.
The student’s reasoning power must be strengthened by an atmosphere of liking for reading, said Senator Evi.

So far, the library is synonymous with a mountain of book warehouses, a place that stores a lot of knowledge but is boring. Likewise, if we look at the existence of various libraries in schools. Even the school library is filled with mere textbooks, this is boring, said the beautiful Senator from NTB.

Libraries should be managed professionally. Knowledge must be able to be accessed easily and cheerfully by generations. Especially with the advancement of technology today, everything must be served with inspirational knowledge menus. Therefore, library management must change, so that students like, happy and even feel at home to access the library for a long time. “Today, our generation is more likely to see gadgets with games for even longer than accessing books in the library,” continued Senator Evi.

Improving governance and regional literacy development must be the concern of all parties. Starting from the HR management side, the presentation to the provision of other interesting knowledge information. Currently the West Nusa Tenggara library is developing an e-lib program. This program is expected to make it easier for students to access knowledge through electronic applications easily and can integrate various local content to be read by other students outside the area even between schools in the region, said the head of the NTB library, Mr. Julmansyah.
“Many of our children’s literary works can be read and cross-experienced for students to study hard and improve their writing quality,” added Bang Jul.

In addition, the head of the NTB Library also said that the available mobile library was inadequate, even the vehicles were tired because they were old. Not to mention the geographical location of the areas in NTB which is quite challenging.

Sentilan also emerged about the human resources who manage libraries in schools, it is still a concern, even the librarian is from a sports teacher.

The head of the library hopes that senator Evi can communicate regional needs to the central government, especially how to encourage regional libraries to be more advanced, because this knowledge is a guarantee for the progress of the nation’s generation. Included in the assistance of books from the National library are books related to regional needs.

At the same time, the head of IPI NTB, Ikhwan, revealed that until now, library managers in the area are still lacking in resources. Therefore, in order for library management to run further, it must be supported by professional human resources. Within this framework, the government must also respond to the presence of librarians as the frontline for reforming the national education system. The existence of librarians is the pulse in the development of literacy from remote parts of the country for Indonesia. Until now the recruitment of librarians is still very minimal and sometimes even forgotten by all of us, even though librarians are the guarantor of library management and guarantee for the development of better literacy. In addition, it is hoped that better connectivity of librarians and libraries from the center to the regions is needed.

IPI is very concerned with the development of human resources, because the low interest in reading can also be influenced by the capacity of the manager. Therefore, IPI hopes that in the future many librarians can be appointed as PNS/ASN and PPPK.

He continued, that in villages, there should be a village assistant library scholar. With the existence of these librarians, it is hoped that the potential for local content can be managed by them. In addition, the village government also needs to pay attention to the village library with the available village budget.

Meanwhile, the head of the NTB LPW, Tofan, focused on the development of NTB Literacy which is still lagging behind other regions. But lately it has been seen stretching proudly. This must be nurtured continuously by all of us, said Tofan, chairman of the NTB LPW.

The literacy community is expected to be assisted by the school or campus. Literacy is not just an activity, but more than that, namely building strategies and strengthening institutions so that they can synergize both with villages and others, he continued.

These two years have begun to emerge but have not been institutionalized. Village involvement is still minimal. Including legal literacy organizations. There are those who stand out, but there are also those who just hold books. Therefore we need innovations such as
Encourage literacy advocacy methods with fairy tales. Tofan also said that library work is collaboration, he concluded.

 

Reporter || Febi Aulia

Editor    || Nukman

 

 

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Scroll to Top
Scroll to Top