Semangat Merdeka atau Mati Hari Ini: “Relevansi dan Tantangan di Era Modern”

Semangat Merdeka atau Mati Hari Ini: “Relevansi dan Tantangan di Era Modern”

 

Oleh: Asep Tapip Yani

Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta

 

“Merdeka atau Mati” masihkah menjadi pekikan semangat memerdekakan setiap warga bangsa hari ini? “Merdeka atau Mati” adalah semboyan yang menjadi roh perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan. Ungkapan ini menggambarkan tekad bulat para pejuang kemerdekaan yang rela mengorbankan segala-galanya demi meraih kebebasan. Namun, di tengah kemerdekaan yang telah kita nikmati selama lebih dari tujuh dekade, apakah semangat “Merdeka atau Mati” masih relevan? Bagaimana kita menerapkannya dalam konteks kehidupan di era modern yang penuh tantangan baru? Artikel ini akan menggali makna, relevansi, dan cara menerapkan semangat ini di tengah tantangan globalisasi, teknologi, dan pergeseran nilai dalam masyarakat.

Makna Historis “Merdeka atau Mati”

Semboyan “Merdeka atau Mati” pertama kali muncul dalam konteks perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa itu, para pejuang bangsa menghadapi kondisi yang sangat sulit, di mana mereka tidak hanya berperang melawan kekuatan militer yang superior tetapi juga melawan keterbatasan sumber daya dan pengkhianatan dari dalam negeri sendiri. Dalam situasi yang serba sulit tersebut, semboyan “Merdeka atau Mati” menjadi simbol perlawanan yang menyatukan dan menguatkan tekad bangsa untuk berjuang hingga titik darah penghabisan.

Para pahlawan kita, seperti Soekarno, Hatta, dan para pejuang lainnya, memahami bahwa tanpa kemerdekaan, bangsa ini tidak akan pernah bisa menentukan nasibnya sendiri. Mereka sadar bahwa kemerdekaan adalah harga mati yang harus dibayar dengan darah, keringat, dan air mata. Semboyan “Merdeka atau Mati” bukan hanya sebuah ungkapan, melainkan komitmen total terhadap perjuangan untuk hidup dalam kebebasan, tanpa penindasan dan ketidakadilan.

Relevansi Semangat “Merdeka atau Mati” di Era Modern

Di era modern, kita tidak lagi berperang melawan penjajah fisik, namun tantangan yang kita hadapi tidak kalah berat. Penjajahan dalam bentuk baru seperti ketergantungan ekonomi, intervensi politik asing, hingga pengaruh budaya luar yang mengikis identitas bangsa adalah ancaman yang harus kita hadapi. Dalam konteks ini, semangat “Merdeka atau Mati” harus diterjemahkan ke dalam bentuk perjuangan melawan segala bentuk penjajahan baru tersebut.

Kemandirian Ekonomi

Salah satu bentuk penjajahan modern adalah ketergantungan ekonomi terhadap negara-negara lain. Di era globalisasi, banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, tergantung pada investasi asing, teknologi, dan bahkan bahan pangan dari luar negeri. Ketergantungan ini bisa menjadi senjata yang digunakan untuk menekan kebijakan dalam negeri. Dalam konteks ini, semangat “Merdeka atau Mati” bisa diterjemahkan sebagai dorongan untuk mencapai kemandirian ekonomi. Berdikari kalua kata Bung Karno. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengembangkan industri dalam negeri, meningkatkan ketahanan pangan, dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.

Kedaulatan Politik

Selain kemandirian ekonomi, kedaulatan politik juga menjadi isu penting di era modern. Campur tangan asing dalam politik domestik melalui tekanan diplomatik, ekonomi, atau bahkan media sosial, dapat mengancam kedaulatan suatu negara. Semangat “Merdeka atau Mati” mengajarkan kita untuk menjaga kedaulatan politik dengan menolak segala bentuk intervensi asing dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah adalah murni untuk kepentingan rakyat dan negara.

Pendidikan dan Teknologi

Dalam era digital, penjajahan bisa datang dalam bentuk yang lebih halus, seperti dominasi teknologi oleh negara-negara maju. Penguasaan teknologi adalah kunci kemandirian di abad ke-21. Oleh karena itu, semangat “Merdeka atau Mati” harus diterapkan dalam pendidikan, dengan fokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah harus memastikan bahwa generasi muda Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi tetapi juga pencipta dan inovator yang mampu bersaing di kancah global.

Identitas Budaya

Penjajahan budaya adalah ancaman lain yang sering kali diabaikan. Globalisasi membawa budaya asing yang kadang-kadang bertentangan dengan nilai-nilai lokal. Jika tidak hati-hati, identitas budaya bangsa bisa tergerus. Semangat “Merdeka atau Mati” dalam konteks ini berarti mempertahankan dan mempromosikan budaya lokal, seni, dan bahasa. Melalui pendidikan dan media, kita harus menanamkan kebanggaan akan warisan budaya kepada generasi muda, sambil tetap terbuka terhadap hal-hal baru yang positif.

Tantangan Menerapkan Semangat “Merdeka atau Mati”

Menerapkan semangat “Merdeka atau Mati” di era modern tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan yang perlu diatasi untuk mewujudkan kemandirian bangsa dalam berbagai aspek kehidupan:

Keterbatasan Sumber Daya

Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan sumber daya, baik manusia, finansial, maupun alam. Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya alam, pengelolaan yang kurang optimal dan korupsi menjadi penghalang utama untuk mencapai kemandirian. Selain itu, kualitas pendidikan yang masih rendah di beberapa daerah juga menghambat pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah harus memperbaiki manajemen sumber daya alam dan meningkatkan akses serta kualitas pendidikan di seluruh pelosok negeri.

Ketergantungan pada Teknologi Asing

Tantangan lain adalah ketergantungan pada teknologi asing. Meskipun ada upaya untuk mengembangkan teknologi dalam negeri, sebagian besar teknologi canggih masih diimpor dari negara-negara maju. Ini menciptakan ketergantungan yang bisa menjadi ancaman jika hubungan diplomatik terganggu. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah dan sektor swasta perlu berinvestasi lebih banyak dalam penelitian dan pengembangan teknologi, serta menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi.

Globalisasi dan Liberalisasi Pasar

Globalisasi dan liberalisasi pasar membawa tantangan tersendiri. Di satu sisi, mereka membuka peluang bagi produk-produk Indonesia untuk bersaing di pasar global. Namun di sisi lain, mereka juga membawa masuk produk-produk asing yang sering kali lebih murah dan berkualitas lebih tinggi, sehingga mengancam keberlangsungan produk lokal. Dalam konteks ini, semangat “Merdeka atau Mati” harus diwujudkan dalam bentuk dukungan terhadap produk-produk lokal melalui kebijakan proteksi dan pemberdayaan UMKM.

Polarisasi Sosial dan Politik

Tantangan lain adalah polarisasi sosial dan politik yang kian tajam. Di era informasi yang serba cepat ini, masyarakat mudah terpecah oleh berita palsu dan propaganda yang sengaja disebar untuk memecah belah. Semangat “Merdeka atau Mati” dalam hal ini adalah perjuangan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pemerintah, tokoh masyarakat, dan media harus bekerja sama untuk melawan hoaks dan membangun narasi yang mempersatukan.

Menghidupkan Kembali Semangat “Merdeka atau Mati”

Untuk menjaga agar semangat “Merdeka atau Mati” tetap relevan di era modern, kita perlu menghidupkannya kembali dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa langkah yang bisa diambil meliputi:

Edukasi Nasionalisme

Pendidikan adalah kunci untuk menanamkan semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Sekolah-sekolah harus mengajarkan sejarah perjuangan bangsa dan menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Melalui pendidikan, generasi muda akan memahami pentingnya menjaga kemerdekaan dan kedaulatan bangsa.

Partisipasi Aktif dalam Pembangunan

Setiap warga negara memiliki peran dalam pembangunan bangsa. Semangat “Merdeka atau Mati” harus diwujudkan dalam partisipasi aktif dalam pembangunan, baik melalui pekerjaan, usaha, maupun keterlibatan dalam kegiatan sosial dan politik. Masyarakat harus merasa memiliki negara ini dan bertanggung jawab untuk menjaga dan membangunnya.

Inovasi dan Kreativitas

Di era teknologi, inovasi dan kreativitas adalah kunci untuk meraih kemandirian. Semangat “Merdeka atau Mati” harus mendorong generasi muda untuk terus berinovasi dan menciptakan solusi bagi tantangan yang dihadapi bangsa. Pemerintah dan sektor swasta harus mendukung upaya ini dengan menyediakan fasilitas dan insentif bagi para inovator.

Kolaborasi dan Sinergi

Semangat “Merdeka atau Mati” tidak bisa diwujudkan secara individu. Dibutuhkan kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Hanya dengan bekerja sama, kita bisa menghadapi tantangan global dan menjaga kemerdekaan bangsa.

Semangat “Merdeka atau Mati” bukan hanya warisan sejarah, tetapi juga nilai yang harus terus hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di era modern, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia mungkin berbeda, tetapi esensi perjuangannya tetap sama. Kemandirian, kedaulatan, dan identitas budaya adalah tiga pilar yang harus dijaga agar kita tetap merdeka. Dengan menghidupkan kembali semangat ini dalam setiap aspek kehidupan, kita tidak hanya menghormati perjuangan para pahlawan tetapi juga memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat di masa depan.

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Scroll to Top
Scroll to Top