Mengubah Stigma Masyarakat Terhadap Single Parent Perempuan

Ilustrasi

 

 

*Oleh: Wahyu Kurniawan Harly Pratama

 

 

OPINI, jejakntb.com | Indonesia tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat perceraian yang cukup tinggi. Data tersebut berdasarkan data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung (Ditjen Badilag MA).Dalam kurun waktu 2010 tercatat ada 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian ke Pengadilan Agama se-Indonesia. Pada periode 2014-2016 perceraian yang terjadi pada masyarakat Indonesia meningkat,dari 344.237 perceraian yang terjadi pada tahun 2014 mengalami peningkatan hingga 365.633 pada tahun 2016. Rata-rata perceraian naik 3% pertahunnya. (Suprihatin, 2018). (Cohen., 1992.) menyatakan bahwa perceraian terjadi karena dua individu tersebut memiliki kepribadian serta latar belakang berbeda.

Oleh karena itu terdapat berbagai macam pandangan masyarakat terhadap mereka yang menjadi seorang single parent. Baik single parent perempuan (Janda), atau single parent laki-laki (Duda). Namun pandangan dari masyarakat,lebih kuat terhadap mereka yang menjadi single parent perempuan. Single Parent perempuan menjadi subjek dari pandangan masyarakat yang begitu menarik untuk selalu dipandang berbeda dibandingkan dari single parent laki-laki. Sehingga dengan pandangan yang berbeda tersebut menghasilkan stigma yang tidak baik kepada single parent perempuan. Oleh karena itu kita akan mengetahui bagaimana tindakan kita untuk mengubah stigma tersebut.

Single parent perempuan tentu merasakan hal yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari bahkan dalam bentuk psikis. Hal tersebut tentu bisa mereka rasakan dikarenakan memikirikan dirinya sebagai seorang single parent yang mendapatkan stigma yang tidak baik dari masyarakat. Melihat pola pikir masyarakat tentu ini menjadi sebuah tantangan yang nyata. Karena merubah pola pikir masyarkat tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tidak secepat kilat saat terjadinya hujan. Melihat kontruksi bahwasanya kedudukan perempuan berada di bawah laki-laki,yang dimana ini menandakan derajat perempuan tidak sama dengan laki-laki,sehingga dengan adanya kontruksi yang tidak sejajar ini masyarakat tentu akan memandang perempuan sebelah mata,terlebih lagi apabila ia adalah single parent. Selain itu streotip yang terdapat pada perempuan juga sudah lama terdapat pada pola pikir masyarakat,sehingga hal ini tentu menjadi sebuah realitas yang tentu harus dihilangkan. Lalu apakah itu streotip? Streotip merupakan kecenderungan untuk mengembangkan ataupun mempertahankan persepsi yang tetap dan tidak berubah mengenai sekelompok manusia dan menggunakan persepsi ini untuk mengevaluasi anggota kelompok tersebut, dengan mengabaikan karaktaristik individual yang unik.

Mengubah stigma negatif yang menempel pada single parent perempuan tentu telah di lakukan dengan berbagai macam tindakan. Salah satunya bagaimana adanya kampanye terkait gerakan feminisme melewati berbagai kegiatan yang menghasilkan atau memberi sebuah pemikiran bahwasanya untuk saat ini perempuan tidak lah lebih rendah dibandingkan laki-laki melainkan kini derajat perempuan sama dengan kaum laki-laki. Selain itu dimulai dari potong generasi, potong generasi merupakan salah satu bentuk menciptakan suasana atau nilai baru dan menghilangkan suasana atau nilai lama yang tidak sesuai dengan kondisi berkembangnya masyarakat, namun potong generasi tidak akan menghilangkan semua bentuk nilai lama, tentu akan ada beberapa nilai lama yang setidaknya tetap bertahan dikarenakan fungsinya tetap akan mengikuti perkembangan masyarakat. Sehingga bagaimana stigma terhadap perempuan single parent dimulai dari bagaimana kita mensejajarkan konstruksi perempuan terhadap konstruksi kaum laki-laki sehingga derajat perempuan pun akan sama dengan derajat laki-laki.

Selain mengubah kontruksi perempuana agar sejajar dengan laki-laki. Perlu adanya bagaimana mengubah Stereotype negatif yang terdapat pada perempuan menjadi positif. Sehingga dengan adanya perubahan stereotype negatif menjadi positif maka perlahan dan seiring dengan berjalannya waktu stigma negatif terhadap perempuan terkhusus kepada single parent perempuan,akan berubah dan dapat menciptakan keselarasan yang baik dalam kehidupan para single parent perempuan dalam menjalankan keseharian dan aktifitasnya. Sehingga mereka para single parent perempuan dapat pandangan yang adil dan dapat bersaing atau berkompetisi dengan laki-laki, baik dari segi pekerjaan maupun segi lainnya. Oleh karena itu mulai dari sekarang para generasi muda harus dapat memahami bahwasanya melakukan atau bertindak terhadap potong generasi merupakan hal yang penting namun dapat dilakukan dengan berbagai tinjauan dan juga riset agar saat dilakukannya potong generasi tidak aka nada timbul nya masalah baru dan masalah lainnya.

 

 

*Penulis adalah merupakan pemerhati masalah sosial politik di Indonesia

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Scroll to Top
Scroll to Top