Kisah Inspiratif Asminingsih Jadi Kepala Sekolah Penuh Inovasi (1)

Asminingsih, S.Pd.

 

 

SUMBAWA BESAR, JEJAKNTB | Asminingsih, S.Pd. dilahirkan di Taliwang 27 Mei 1973 dan dinyatakan lulus ASN  tahun 1999 awal berkarir sebagai ASN ia lalu ditempatkan pada SDN 2 Pulau Moyo hingga tahun 2020. Sebelum diangkat menjadj PNS wanita yang akrab disapa Mini itu sempat dipercaya salah satu Yayasan untuk menjadi Kepala TK Alhidayah dari tahun 1992 – 1997 setelah itu berperan sebagai Guru Tetap SDN Pulau Moyo, SDN Bangkong, dan SDN 1 Labuhan dalam rentang periode 2001 – 2018. Selama menjadi guru banyak prestasi yang ia raih dan termasuk wanita inspiratif di jajaran Dikbud Sumbawa. Atas kinerja baiknya Mini lalu diangkat menjadi Kepala Sekolah di Unit Kerja Sekolah Negeri  Batu Nisung pada tahun 2019, Kepala SDN 2 Sumbawa, Kepala SDN Pungkit Moyo Utara dan akhirnya di tempatkan di jantung Kota menjadi Kepala SDN 14 Sumbawa Besar yang berlokasi di Jalan Tongkol Kelurahan Pekat.

Dalam pengakuannya, Asminingsih selama menjadi Kepala Sekolah oleh Pemkab Sumbawa ia kerap mengukir prestasi

” Saat saya di Batu Nisung bersama guru guru hebat saya berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi sekolah penggerak, lalu menjadi  sekolah terbersih juara 1 Se Kabupaten Sumbawa, dan kedatangan tamu kehormatan Titi Sumitomo Indonesia dan diberikan bantuan,” ucap Asminingsih.

Dirinya termasuk Kepala Sekolah yang dari nol dan benar benar memulai karir dari bawah dengan penuh militan bukan kader karbitan. Asminingsih adalah putri dari Bapak Drs. Muhammad Yasin yang saat itu sebagai guru, kasek, pengawas dan dosen di STKIP sekarang Universitas Sumbawa.

” Jiwa pendidikan mengalir dari orang tua, masuk di pendidikan karena basic keluarga. Bapak saya seorang tokoh pendidik dan ketertarikan saya disitu. Dan saya ingin menjadi perempuan yang berkarir, bekerja tapi saya juga ingin sukses dalam keluarga,” ungkap Asminingsih.

Sosok Asminingsih adalah sosok sederhana dan apa adanya serta giat bekerja.

” Kemudian profesi yang dibilang mudah mengelola mungkin terkait manajemen waktu ya guru,” tambah Asminingsih.

Asminingsih kini sukses menghantarkan SD Negeri 14 Juara 1 SAKECO Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) akhir 2023

Kemudian Terbaik Kedua Ekspresi Budaya kategori Tradisi Lisan pada Hari Ulang Tahun Provinsi Nusa Tenggar Barat (HUT – NTB)  ke 65 tahun

Berturut-turut berada di panggung LIDA (LOMBA INOVASI DAERAH) Tahun 2022 juara 1 dan 6 dengan Inovasi WAKATAB BANIS dan PATLING BANIS, 2023 Inovasi TAMEDO Esdeempatolas pada tahun 2024 PAROTA melalui PANULIS

Terkait karya ilmiah yang ia buat Partisipasi Orang Tua (PAROTA) melalui Pentas  melalui Pentas Uji Publik Siswa (PANULIS)  SDN 14 Sumbawa Besar.

PANULIS Pengambilan ijasah siswa melalui uji publik.

” PAROTA itu sebuah akronim partisipasi orang tua dalam ikut mensukseskan wajib belajar, ini termasuk membranding sekolah juga,” ujar Asminingsih

Selain itu ia juga mencanangkan program sekolah IBADAH yang akronimnya Indah, Bersih, Aman, Damai dan Harmonis saling Bentan artinya bekerja bersama sama serta membangun kesepahaman dan komitmen bersama.

“Ada Inovasi menarik yang saya lanjutkan untuk diterapkan secara berkelanjutan di SD Negeri 14 Sumbawa Besar,” tandasnya

Dalam sekolahnya, memiliki budaya positif yang dilaksanakan setiap hari     dimana sekolah menerapkan kearifan lokal bernama WAKATAB (Waya Kanatang Kitab) yang artinya waktu kedatangan siswa.

Peserta didiknya datang ke sekolah langsung memutar jam kehadirannya yang tersedia di kelas masing-masing jadi disini beliau (Asminingsih red)  menanamkan nilai kejujuran dan kedisiplinan

Kearifan lokal yang dibangunnya ini merupakan upaya membangun kesadaran kolektif diri peserta didiknya

“Kejujuran peserta didik memutar sesuai dengan jam kedatangannya tidak ada yang melihat tetapi mereka jujur sesuai dengan kenyataan jam peserta didik tiba di sekolah, Kedisiplinan membuat peserta didik kami bergegas untuk datang lebih awal dan tidak pulang seenaknya” tutur Asminingsih

Bukan hanya pada siswa inovasi dan kreatifitasnya itu diterapkan, Wanita dua anak ini pun ternyata menerapkan hal yang sama.terhadap guru atau tenaga pendidiknya.

“Guru punya buku rekapan kehadiran dan setiap bulan di presentasikan peserta didik yang datang lebih awal pisah sekolah memberi reward kepada peserta didik yang berkontribusi memberikan tingkat kedisiplinan dan kejujuran tinggi,” papar Asminingsih

Ia menambahkan hal ini dilakukan semata-mata ingin melihat dunia pendidikan ini menjadi lebih baik yang dimulai dari diri dan lingkungannya.

“Ada reward and punishment yang kita berikan atas dedikasi siswa dan gurunya, rewardnya bisa berupa hadiah sederhana namun sangat memotivasi peserta didik yang lain untuk bergerak dan menjadi sama atas temannya begitupula dengan gurunya,” tegas Asminingsih

Ditanya apakah dengan kearifan lokal yang diberlakukan dapat mengubah mindset peserta didiknya.

“Alhamdulillah dengan Inovasi WAKATAB peserta didik kami tidak ada lagi yang datang terlambat dan menjadikan pembiasaan untuk datang tepat waktu karena di sekolah kami ada program 30 menit sebelum KBM Senin Nasional (upacara bendera) Selasa Sehat jiwa raga (senam bersama) Rabu literasi baca Kamis Tahfiz, Jumat Beriman dan beramal,  Sabtu Ber-budaya,” terang Asminingsih

 

Bersambung………

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Scroll to Top
Scroll to Top