KONTRAK POLITIK dan MONEY POLITICS

KONTRAK POLITIK dan MONEY POLITICS

 

Oleh: Asep Tapip Yani

 

(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)

 

 

Pendahuluan

Kontrak politik dan money politic, ga bahaya tah. Politik di Indonesia sering kali menjadi ajang perdebatan yang hangat ketika menjelang pemilu atau pemilihan kepala daerah. Dalam konteks ini, dua istilah yang sering muncul adalah kontrak politik dan money politic. Keduanya mengacu pada interaksi antara kandidat politik dan masyarakat, tetapi dengan pendekatan yang sangat berbeda. Sementara kontrak politik bisa dipandang sebagai komitmen kandidat untuk memenuhi janji-janji politik kepada pemilih, money politik, atau politik uang, mengacu pada praktik korupsi yang melibatkan pemberian uang atau hadiah untuk mendapatkan dukungan. Artikel ini akan mengulas kedua konsep tersebut dan mengapa praktik money politic dapat membawa bahaya besar dalam demokrasi.

Definisi Kontrak Politik dan Money Politic

1. Kontrak Politik: Kontrak politik adalah kesepakatan tertulis atau lisan antara seorang kandidat atau partai politik dengan masyarakat atau konstituen. Dalam kontrak ini, kandidat politik berjanji untuk memenuhi program-program tertentu jika terpilih, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontrak politik biasanya melibatkan:

• Janji yang spesifik, seperti pembangunan infrastruktur, perbaikan ekonomi, atau peningkatan layanan publik.

• Adanya mekanisme akuntabilitas, di mana kandidat yang terpilih akan bertanggung jawab jika gagal memenuhi janji tersebut.

2. Money Politic: Money politic, atau lebih dikenal dengan politik uang, adalah praktik di mana kandidat atau tim suksesnya memberikan uang atau hadiah kepada pemilih dengan harapan mendacpatkan dukungan pada pemilu. Praktik ini biasanya berlangsung di:

• Masa kampanye, di mana pemilih secara langsung diberi uang atau barang.

• Masa tenang atau hari pemilihan, di mana pemilih dirayu dengan imbalan untuk memilih kandidat tertentu.

Kontrak Politik: Alat untuk Akuntabilitas

Secara teoritis, kontrak politik adalah alat yang positif dalam demokrasi, karena memberi masyarakat kesempatan untuk menuntut akuntabilitas dari pemimpin terpilih. Melalui kontrak ini, masyarakat dapat memastikan bahwa janji-janji kampanye bukan hanya sekadar omong kosong, tetapi memiliki dasar untuk dipertanggungjawabkan. Beberapa alasan mengapa kontrak politik dianggap bermanfaat adalah:

1. Mendorong transparansi: Kontrak politik memungkinkan pemilih untuk memahami dengan jelas apa yang dijanjikan oleh kandidat dan bagaimana kandidat berencana untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Memberikan ruang bagi pengawasan: Setelah pemilu, masyarakat memiliki hak untuk mengawasi dan menilai kinerja pemimpin terpilih berdasarkan kontrak yang telah dibuat.

3. Membangun kepercayaan: Kandidat yang berani membuat kontrak politik menunjukkan komitmen yang lebih kuat terhadap janji-janji kampanye, meningkatkan kepercayaan pemilih terhadap proses demokrasi.

Namun, kontrak politik tidak selalu berjalan mulus. Ketika tidak ada mekanisme yang jelas untuk menindak pemimpin yang melanggar janji kontrak, hal ini dapat menjadi sekadar alat kampanye tanpa arti.

Money Politic: Merusak Fondasi Demokrasi

Sebaliknya, money politic membawa konsekuensi yang sangat merusak bagi demokrasi. Beberapa dampak negatif money politic antara lain:

1. Menghilangkan Integritas Proses Pemilu: Money politic mencederai prinsip demokrasi di mana pemimpin seharusnya dipilih berdasarkan program kerja dan kapabilitas, bukan berdasarkan seberapa besar dana yang mereka keluarkan untuk “membeli” suara. Ini membuat pemilu menjadi kompetisi uang, bukan ide atau program.

2. Menghancurkan Moralitas Politik: Ketika pemilih dan kandidat sama-sama terlibat dalam praktik money politic, ini menciptakan budaya politik yang korup. Masyarakat akan lebih cenderung mendukung kandidat yang menawarkan uang daripada yang benar-benar memiliki rencana untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

3. Mengurangi Akuntabilitas: Kandidat yang terpilih melalui money politic cenderung lebih loyal kepada para sponsor atau pemberi dana kampanye mereka, daripada kepada rakyat. Akibatnya, kebijakan yang dibuat seringkali lebih menguntungkan kelompok-kelompok tertentu, bukan masyarakat luas.

4. Menggali Jurang Ketidaksetaraan: Money politic menguntungkan kandidat yang memiliki sumber daya finansial yang besar, sehingga kandidat dengan kemampuan finansial yang lebih terbatas sulit bersaing, meskipun mungkin memiliki visi dan misi yang lebih baik. Hal ini memperkuat oligarki politik di mana hanya mereka yang berduit yang bisa maju dan menang dalam pemilu.

Kasus dan Contoh Money Politic

Beberapa contoh nyata dari money politic dapat dilihat di berbagai daerah di Indonesia. Pada masa pemilu, seringkali terdengar laporan mengenai praktik politik uang di mana pemilih diberi uang tunai, sembako, atau hadiah lain agar mendukung kandidat tertentu. Meskipun KPU dan Bawaslu telah berupaya keras untuk memberantas praktik ini, sayangnya, money politic masih marak terjadi, terutama di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi.

Selain itu, money politic juga sering kali dilakukan secara terselubung, misalnya melalui kegiatan amal atau bantuan sosial yang dilakukan oleh tim kampanye kandidat. Meskipun terlihat positif di permukaan, namun ketika bantuan ini bertujuan untuk mempengaruhi pilihan politik, hal ini tetap termasuk money politic.

Mengapa Money Politic Berbahaya?

1. Demokrasi Terancam: Demokrasi seharusnya mencerminkan suara rakyat, bukan hasil dari manipulasi finansial. Money politic menodai prinsip dasar ini, karena pemilih cenderung memilih berdasarkan insentif finansial, bukan berdasarkan kebijakan atau visi yang diusung kandidat.

2. Munculnya Pemimpin Tidak Kompeten: Money politic sering kali menghasilkan pemimpin yang terpilih bukan karena kualitas atau kapasitas kepemimpinan, melainkan karena daya beli mereka. Ini bisa berdampak negatif terhadap kualitas pemerintahan dan pembangunan di suatu daerah.

3. Korupsi Sistemik: Kandidat yang menggunakan money politic untuk memenangkan pemilu kemungkinan besar akan melakukan praktik korupsi ketika sudah terpilih, guna mengembalikan modal yang telah dikeluarkan selama kampanye. Hal ini akan memperparah masalah korupsi di Indonesia.

Upaya Pemberantasan Money Politics 

Beberapa langkah yang telah diambil oleh pemerintah dan lembaga pengawas pemilu di Indonesia untuk memerangi money politic meliputi:

• Penegakan hukum: Regulasi yang mengatur Pilkada dan Pemilu mengatur sanksi pidana bagi pelaku politik uang, baik pemberi maupun penerima.

• Pendidikan politik: Masyarakat perlu diberikan pemahaman yang lebih baik mengenai hak-hak mereka dalam pemilu serta bahaya money politic, sehingga mereka lebih kritis dalam menerima janji atau imbalan finansial dari kandidat.

• Pengawasan ketat: Bawaslu telah berupaya melakukan pengawasan ketat terhadap setiap tahapan pemilu, namun kerjasama dari masyarakat juga sangat penting dalam melaporkan setiap pelanggaran yang terjadi.

Kesimpulan

Money politics adalah ancaman serius bagi keberlanjutan demokrasi di Indonesia. Praktik ini bukan hanya merusak proses pemilu yang seharusnya berlangsung jujur dan adil, tetapi juga mengganggu kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik. Di sisi lain, kontrak politik dapat menjadi solusi untuk menciptakan akuntabilitas antara pemilih dan kandidat, asalkan dijalankan dengan benar dan disertai mekanisme pengawasan yang efektif.

Untuk menjaga kualitas demokrasi, diperlukan komitmen dari seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemilih, kandidat, hingga penyelenggara pemilu, untuk menjauhi money politic dan mendukung proses pemilu yang bersih dan transparan. Dengan komitmen bersama seluruh komponen bangsa, pemilu yang langsung umum bebas rahasia jujur dan adil akan terlaksana dengan baik dan damai. @@@

 

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Scroll to Top
Scroll to Top