JejakNTB.com | Kedua orang Guru yang dibiayai Pemerintah Australia atau Program Kemitraan Sekolah, Mrs.Silvy Maria Wantania dan Mrs. Philippa Jane Capon yang diutus Melbourne High School Australia dalam Program Kemitraan Sekolah membangun hubungan melalui dialog antarbudaya dan keterlibatan yang bertumbuh (BRIDGE) bercerita kepada Media Online jejakntb.com, Selasa (24/1) secara panjang lebar saat diwawancara khusus melalui whatsappnya menjelang sore.
Salah satu dari keduanya Mrs. Philippa Jane Capon atau yang biasa disapa Bu Pip mengawali interview dengan mengungkapkan misi kedatangannya ke Indonesia wabil khusus Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
” Saya datang kesini (Sumbawa.RED) mulai Hari Sabtu sampai hari Jum’at, lebih kurang seminggu hanya untuk Untuk belajar tentang sistem pendidikan/ kebudayaan/ perbedaan di antara Australia & Indonesia,” kata Bu Pip dalam whatsapp yang dikirim ke redaksi.
Secara mendalam dan tajam Mrs. Philippa Jane Capon melanjutkan bahwa Program Kemitraan Sekolah Membangun Hubungan melalui Dialog Antarbudaya dan Keterlibatan yang Bertumbuh (BRIDGE) adalah program unggulan Institut Australia-Indonesia dan diselenggarakan oleh Asia Education Foundation. Ini telah beroperasi sejak 2008.
“Program Kemitraan Sekolah BRIDGE adalah program pendidikan inovatif yang membentuk kemitraan sekolah antara komunitas sekolah Australia dan Indonesia. BRIDGE membangun pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan profesional pendidik dan siswa berkolaborasi dalam proyek, melatih keterampilan bahasa, dan mengembangkan persahabatan seumur hidup dengan sekolah mitra mereka.,” ungkapnya.
Program ini mendanai program dan peluang pengembangan profesional virtual dan tatap muka intensif, termasuk homestay timbal balik dan kunjungan sekolah. Program ini telah membentuk 200 kemitraan sekolah Australia-Indonesia dan telah melibatkan 800 guru Australia dan Indonesia.
BRIDGE mengakui bahwa pemahaman antar budaya sangat penting untuk membekali kaum muda untuk hidup dan bekerja dengan sukses sebagai warga negara lokal dan global yang bertanggung jawab. Program ini mendukung pendidik dan siswa untuk meningkatkan pemahaman antar budaya mereka, kemampuan dan literasi digital kehidupan nyata, dan memperkuat pengetahuan dan keterampilan bahasa daerah mereka.
“Ini kesempatan baik untuk mengalami daerah yang lebih tradisional dibandingkan dengan daerah seperti Bali,” tambahnya.
Selama tujuh hari kedepan keduanya akan belajar dan membangun hubungan baik secara budaya dan pendidikan. Ditanya sudah kemana saja selama kurang lebih dua hari di Tanah Sabalong Samalewa dan Tanah Intan Bulaeng? Wanita yang berprofesi sebagai guru dan sudah lincah berbahasa Indonesia ini mengungkapkan,
” Ya Sudah. Menarik sekali menuju lokasi kain tenun khas Sumbawa. Saya membeli kain, ketrampilan tenunannya hebat sekali. Karena kain Indah dan lama dibuatnya.Ya Suka sekali, dan barang itu tidak ada di Australi, saya satu saja dan bu Sylvie dua, kualitas bagus,” katanya.
Masih media mencoba mengorek informasinya terkait jenis kain begituan di negeri Kanguru tempatnya berada dan mengabdikan dirinya.
“Tidak ada di Australia. Adanya hanya lukisan saja yang terpajang di tembok dan ruangan kerja kalau sarung khas tenun enggak yang yang dijual bebas dengan harga murah seperti itu.,” ucapnya.
Untuk diketahui kehadiran Bu Pip tidak sendiri melainkan ditemani Bu Silvy asal Indonesia yang telah menetap dan mengajar lama di Australia.
Perempuan yang akrab disapa Silvy ini adalah rekan se Tim nya dalam Program kemitraan sekolah BRIDGE
Mrs.Silvy Maria Wantania yang dihubungi secara terpisah melalui whatsappnya Selasa (24/1) menegaskan
“Kami saling belajar dan menjajaki program kerjasama antara Melbourne High School dengan SMAN 1 Sumbawa Besar, dan kami hanya bisa bertahan hingga jumat (27/1) lusa mengingat Jumat ini sekolah di Melbourne sudah masuk kembali, jadi kami harus pulang, Sayang waktunya pendek sekali ” kata Bu Silvy mengawali percakapan
Kedatangan dua orang guru senior dari High School of Melbourne ini bertepatan dengan perayaan HUT Kabupaten Sumbawa ke 64,
“Kebetulan bersamaan dengan ulang tahun Sumbawa, maka kami sempat menghadiri pula kegiatan sekolah yang diiringi bazaar makanan dan juga car free day, selain itu juga kita bersama Bu Pip sudah juga menghubungi Desa Tenun dan Ponan dimana pusat life skills yang sangat luarbiasa,” bebernya penuh semangat.
Saat berada di Desa Tenunan tersebut keduanya mendapat edukasi dan penjelasan yang sangat komprehensif mengenai tempat itu,
“Baik sekali, Kami mendapat penjelasan mengenai budaya tenun Sumbawa yang menarik, seperti arti motif tenun dan bagaimana sulitnya membuat tenunan tersebut. Benar-benar seni dan ketrampilan yang bernilai tinggi. Mudah-mudahan bisa teruskan dan dilanjutkan oleh generasi muda,” harapnya.
Kemudian bergeser ke Desa Ponan, disana keduanya mendapatkan hal yang sangat luar biasa lagi, dimana keduanya disuguhkan dengan pemandangan yang penuh kearifan setempat,
“Kemudian Desa Ponan, kami mendengar cerita upacara yang rutin dilakukan setiap bulan February untuk ucapan syukur hasil panen,” sambungnya.
Aktifitas keduanya di hari Selasa cukup padat, setelah itu keduanya juga melakukan diskusi dan sharing di SMA Negeri 1 Sumbawa dengan harapan saling menguatkan antar budaya kedua sekolah,
“Hari ini kegiatan sharing dengan rekan-rekan guru dan juga siswa kita laksanakan. Dan di pagi hari bertemu dengan ibu Wabup Dewi Noviany,” timpalnya
Ditanya, hal apa saja yang didiskusikan bersama Sivitas Akademik SMANIKA Sumbawa besar itu, Bu Silvy mengungkapkan ada dialektika yang sangat baik terbangun antara dirinya bersama Guru dan Siswa di Sumbawa.
Sistem pendidikan di Australia beserta kurikulum, sejarah Melbourne High School untuk guru-guru, Sedangkan untuk siswa; tentang Australia dan perbedaan pendidikan di Indonesia dan Australia. ,” bebernya.
Soal kurikulum dan didaktik metodik Bu Silvy tidak terlalu jauh ingin mengomentarinya hanya saja Silvy menegaskan bahwa kehadirannya untuk sharing dan saling menguatkan,
“Kurikulum hanya sekedar membagikan link yang bisa dilihat sendiri oleh para guru. Tapi lebih banyak tentang adanya kurikulum nasional dan negara bagian Victoria. Kemudian juga fokus pendidikan di Victoria. Dan masih banyak lainnya, Yang saya dengar dari beberapa peserta, tanggapan mereka positive dan Sebenarnya pendidikan Indonesia pun Sudah mulai mengikuti sistem pendidikan Australia. Jadi bukan hal yang baru bagi para guru. Jadi lebih banyak pada penerapan praktis saja yang saya bagikan dan yang ditanyakan,” imbuhnya.
Ditanya sudah sejauh mana cara mengajar guru guru di SMA Negeri 1 Sumbawa Besar, Guru Senior High School Melbourne ini melihatnya sudah cukup baik.
” Baik sekali. Tapi saya belum dan tidak bisa menilai karena waktu yang terbatas. Tapi pencapaian yang sudah dicapai Sudah baik sekali. Hanya mungkin dan mudah mudahan teknologi lebih ditingkatkan, Misalnya semua siswa mempunyai akses komputer dan internet untuk proses belajar.,” ucapnya.
Terkait penggunaan ITE dan alat bantu belajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sumbawa Besar oleh peserta dan tenaga pendidik, Silvy melihatnya masih landai,
“Sudah ada laboratorium komputer tapi tidak setiap waktu atau semua siswa bisa menggunakan komputer untuk belajar, Mudah-mudahan pihak Dikbud NTB dapat membantu dalam penyediaan internet dan komputer, semua ramah dan bersemangat,” harapnya.
Ditanya wartawan apa agenda bersama Wakil Bupati Sumbawa untuk besok, Rabu (25/1), Silvy menjawab apa adanya saja,
” Saya kurang tahu. Kami tidak punya rencana itu, tapi diundang dan diajak oleh ibu Dewi. Jadi kami ikut saja,” jawabnya.
Berdasarkan informasi, Kedua Guru Program BRIDGE tersebut akan dijamu Wabup Dewi Noviani di Pulau Moyo hingga jalan – jalan meninjau Museum,
“Besok mudah-mudahan dengan ibu Wakil Bupati ke Pulau Moyo dan siangnya ke istana dan museum,” pintanya
Selama beberapa hari berada di Tanah Intan Bulaeng yang bermottokan Sabalong Sama Lewa kedua guru itu memiliki kesan yang sangat sempurna menurutnya tatkala berada di bumi seribu sultan ini,
“Baik sekali karena masih alami dan budayanya menarik sekali. Nampaknya Sumbawa berpotensi untuk maju, khususnya bidang pariwisata. Tapi mudah-mudahan perencanaan harus matang dan tidak merusak alam dan menguntungkan sebesar-besarnya untuk masyarakat lokal.,” kesannya.
Sementara kesannya Bu Pip lebih ke Silvy malah Bu Pip melihat Sumbawa sangat amazing dan luarbiasa,
“Di sekolah dan juga bertemu dengan Ibu Wakil bupati, Ramah & baik Hati. Saya Suka, Penduduk ramah, Tidak ada banyak Turis, banyak tradisi. Orang makan Di warung , pekerjaan petani, agama & hubungan keluarga penting,” paparnya.
Bu Pip mengaku betah di Sumbawa dan berjanji akan kembali mengunjungi Kabupaten yang kaya akan sumberdaya alam dan potensi kepariwisataannya,
“Saya akan Kembali dengan keluarga saya. Kami biasanya ke Bali & pulau Gili tapi Akan berganti Dan datang ke sini!,”tutup Silvy. (Nkm)